Suarayogyakarta.com – Beberapa hari terakhir kondisi di kawasan Malioboro maupun Tugu dan Titik Nol sudah terlihat lebih lengang dibandingkan Minggu lalu, terutama oleh pengguna sepeda.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X tetap menitipkan pesan kepada para pesepeda, baik yang melintas di Malioboro atau wilayah DIY lain.
“Yang bersepeda, sekarang harus punya kesadaran menjaga jarak.
Tapi kalau kira-kira pakai sepeda, berolahraga jarak yang ditempuh jauh, tidak sekadar pamer ning Malioboro, hati-hati kalau pakai masker,” imbaunya ditemui di Kompleks Kepatihan, Kamis (11/6/2020).
Sultan menjelaskan, dalam posisi bersepeda di mana penggunanya juga akan merasa lelah dan membuat nafas tersengal, penggunaan masker secara terus-menerus membuat asupan oksigen yang masuk ke dalam otak berkurang.
“Jadi kalau pakai sepeda berolahraga muter 20-30 kilometer, hati-hati kalau pakai masker.
Jangan pakai masker terus-menerus, nanti pingsan. Bisa bye-bye. Itu hati-hati.
Saya hanya pesen itu, tolong sampaikan publik. Jangan dianggap enteng pakai masker.
Kita begini saja kesulitan bernafas apalagi kalau dia capek, oksigennya kan kurang lima puluh persen. Mengingatkan saja,” urainya.
Namun Sultan tetap menegaskan bahwa semua masyarakat yang beraktivitas ke luar rumah harus tetap mengenakan masker.
“Kalau keluar ya harus pakai masker. Jaga jarak, itu harus dilakukan di manapun.
kalau tidak (gelombang) Covid-19 kedua akan muncul. Berarti apa? Yang terjadi Malioboro tak close (saya tutup). Itu kan yang rugi tidak hanya Pemda, yang rugi masyarakat juga rugi suruh tinggal di rumah lagi lebih lama lagi tidak sekadar dua minggu,” ucapnya.
Sultan menjelaskan, telah memiliki kesepakatan dengan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk warga yang masuk Malioboro tanpa masker diminta pulang.
“Kita lebih baik keras sekarang supaya Covid-19 kedua tidak muncul di Yogya.
Mereka nanti hanya mengatakan ‘ooooh’ kok ngono, kan gitu.
Dari pada begitu, kita bersikap keras untuk melarang dengan harapan kesadaran itu muncul,” pungkasnya.
Ancaman Sultan
Sebelumnya Sultan mengancam akan menutup titik-titik yang dijadikan tempat nongkrong di Kota Yogyakarta karena banyak warga yang tak mengindahkan protokol kesehatan.
Sikap tegas Sultan tersebut merupakan respon atas banyaknya pesepeda yang memadati pusat Kota Yogyakarta selama dua hari terakhir yakni Sabtu (6/6/2020) dan Minggu (7/6/2020).
Ia pun mengatakan tak segan-segan untuk menutup titik-titik yang dijadikan tempat nongkrong warga yang tidak mengindahkan protokol kesehatan di tengah ancaman pandemi Covid-19.
“Saya sudah telpon sama Pak Heroe (Wakil Wali Kota Yogyakarta) sana Pak Sekda (Sekda DIY).
Kemarin, Minggu malam saya juga keluar keliling dan lewat Malioboro. Saya mengatakan kalau (di) Malioboro mereka kongkow-kongkow sambil duduk yo ra nganggo masker.
Jadi saya minta Pak Sekda dan Pak Heroe berkoordinasi bagaimana apa yang bisa saya bantu untuk menertibkan mereka yang tidak pakai masker,” urainya ditemui seusai menghadiri rapat paripurna di DPRD DIY, Senin (8/6/2020).
Sultan mengatakan bahwa apa yang dilakukan warga untuk berkumpul dan tidak mengindahkan protokol kesehatan, sangat membahayakan banyak nyawa.
Hal ini diperparah bila nantinya terjadi penularan Covid-19 di pusat keramaian tersebut dan akan sangat sulit dalam melakukan tracing kasus.
“Bagaimanapun harus pakai masker kalau terjadi sesuatu di Malioboro. Tracingnya ngrekoso nek do ra nganggo masker. Apalagi mereka mungkin ada yang dari luar daerah, kan jadi susah. Jangan sampai saya close. (Jangan) sampai nanti terjadi (gelombang) Covid kedua,” tegasnya.
Langkah lain yang akan ditempuh orang nomor satu di DIY tersebut yakni tak akan mentoleransi adanya kerumunan warga yang tidak mengenakan masker maupun abai terhadap physical distancing.
Ketika minggu depan pemandangan serupa masih terlihat, maka ia tak segan-segan untuk membubarkan kerumunan.
“Iya. Saya akan menempuh itu (membubarkan kerumunan) karena risikonya terlalu besar,” tutur Sultan.
Tak hanya bagi pesepeda yang memenuhi pusat kota, Raja Keraton Yogyakarta tersebut juga meminta agar semua yang ada di kawasan Malioboro patuh menjalankan protokol kesehatan.
“Saya minta kesadaran mereka yang ada di Malioboro, betul-betul PKL yang buka atau toko yang buka harus menyediakan tempat cuci tangan dan pakai masker.
Mereka juga yang ada di Malioboro (untuk) jalan-jalan, bersedia cuci tangan dan pakai masker,” urainya.
Kota Yogya Ramai Pesepeda
Kepala Satpol PP DIY, Noviar Rahmad mengatakan bahwa selama dua hari terakhir, Sabtu (6/6/2020) dan Minggu (7/6/2020) terdapat peningkatan kerumunan warga yang ada di wilayah DIY, khususnya di pusat keramaian yang ada di Kota Yogyakarta.
Noviar mengatakan, dari pantauan umum, kerumunan didominasi oleh pesepeda yang menuju tengah kota bersama anggota komunitasnya.
“Dalam dua hari belakangan, Sabtu Minggu banyak sekali kerumunan massa di Titik Nol dan Tugu. Komunitas sepeda (selama 2 hari) berjumlah ribuan ada,” Minggu (7/6/2020).
Noviar mengaku sudah menempatkan personil tim gabungan di tempat-tempat tersebut, mulai dari Tugu, Alun-Alun Utara sisi barat dan timur, sisi Utara Titik Nol, dan di Alun-Alun Selatan.
“Kami mengimbau mereka pakai masker. Kami bagikan juga masker. Itu yang kami lakukan.
Tapi karena isu (kasus Covid-19 di DIY) melandai dan (persiapan) new normal, banyak dari mereka yang tidak memperhatikan protokol,” urainya.
Adapun tindakan paling tegas yang sudah dilakuka sejauh ini oleh tim gabungan tersebut yakni membubarkan kerumunan.
“Kalau kita temui, tetap kita bubarkan. Bahkan kami sekarang stay di situ, di titik-titik itu dan sekitarnya. Kami mengimbau pakai masker, jaga jarak, kalau tidak terlalu penting tinggal di rumah.
Tanggap darurat masih belum selesai. Penindakan kita nggak bisa karena tidak ada payung hukum,” ungkapnya.