suarayogyakarta.com – Presiden Joko Widodo berhasil mengamankan investasi senilai US$22,89 miliar atau setara Rp314,9 triliun. Angka itu tercapai dari sebelas kesepakatan bisnis di berbagai bidang usaha dalam lawatannya ke Uni Emirat Arab (UEA).
“Sebagaimana sudah saya sampaikan, ada sebelas perjanjian bisnis yang disepakati, yakni dari energi, telekomunikasi, sampai petrokimia,” ujar Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman kepada wartawan, kemarin.
Namun, dari seluruh perjanjian bisnis yang ditandatangani Indonesia dan UEA, sebagian besar mengarah ke sektor energi.
Salah satu dari kesepakatan bisnis yang akan dijalankan ialah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat. Perusahaan energi baru terbarukan Masdar berbasis di Abu Dhabi nantinya akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali Investasi. Kedua korporasi akan membangun PLTS Terapung Cirata sebesar 145 megawatt peak (MWP).
Pembangkit yang diprediksi membutuhkan biaya investasi US$129 juta atau setara Rp1,8 triliun itu akan menjadi PLTS terbesar di ASEAN, mengalahkan PLTS Cadiz Solar Powerplant di Filipina dengan daya 132,5 MW.
Selain pengembangan EBT, ditandatangani pula kesepakatan bisnis sejumlah proyek migas seperti pengembangan refinery development master plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dan Mubadala. Nilai kerja sama proyek itu mencapai US$1,6 miliar.
Secara terpisah, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengunjungi retail modern Lulu Hypermarket di Abu Dhabi, Senin (13/1). Dalam kunjungan itu, Mendag ingin mendorong produk Indonesia, termasuk keragaman produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), menembus pasar Timur Tengah, khususnya UEA.
Menurut Mendag, peran Lulu Hypermart sangat strategis dalam membantu UMKM Indonesia dalam memasuki pasar UEA. Untuk itu dengan fasilitas dan bantuan dari Lulu Hypermarket, mereka bisa memenuhi persyaratan pasar di UEA