BALAI Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT) mulai menerjunkan tim untuk melaksanakan siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Melalui operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan melalui penyemaian garam di Provinsi Riau.
Tim TMC yang didukung TNI AU akan mengoptimalkan potensi awan menjadi hujan guna pembasahan lahan-lahan gambut. Dan pengisian embung-embung penampungan air untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang lebih luas dan tidak terkendali.
Pelaksanaan operasional TMC tahun ini merupakan salah satu tindakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Riau. Berdasarkan historis fluktuatif jumlah titik hotspot meningkat pada Maret dan periode puncak pada Agustus hingga September.
Operasional TMC di Provinsi Riau bertujuan tidak hanya untuk mematikan titik api karhutla, tetapi juga untuk menjaga kelembaban tanah gambut agar tidak sampai menjadi kering.
Kepala Bidang Penerapan TMC BBTMC Budi Harsoyo mengatakan untuk membangun sistem monitoring di area lahan gambut, BBTMC telah mengembangkan Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut untuk Early Warning System Karhutla (SMOKIES) dengan menempatkan sejumlah instrumen ukur parameter cuaca dan hidrologi, berupa Automatic Weather Station (AWS) dan Sensor Ultrasonik untuk pengukuran Tinggi Muka Air (TMA) lahan gambut.
“Kedua instrumen ini berfungsi untuk mengukur parameter cuaca dan TMA lahan gambut hingga kedalaman 1.5 meter dan datanya secara real time ditransmisikan ke server di BPPT setiap 1 jam. Penempatan instrumen SMOKIES ini perlu diperbanyak lokasi pengukurannya agar memberikan gambaran monitoring tinggi muka air lahan gambut yang representative di beberapa provinsi rawan karhutla.
Adapun posko TMC Karhutla Riau dipusatkan di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru dengan dukungan pesawat TNI-AU CASA 212 milik TNI AU dari Skuadron 4, Malang. Adapun pembiayaan pelaksanaan TMC Provinsi Riau bersumber dari BNPB dan BPBD Provinsi Riau.