Categories Uncategorized

Pengamat Intelijen Beberkan Penumpang Gelap dalam Demo UU Cipta Kerja dan RUU BPIP

Pengamat intelijen dan keamanan, Stanislaus Riyanta mengidentifikasi bahwa ada tiga blok kelompok di dalam aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja. Kelompok pertama adalah mereka yang murni menyuarakan aspirasi terhadap ketidaksetujuannya dalam pengesahan omnibus law ini.

“Pertama adalah buruh dan mahasiswa yang murni menyuarakan penolakan UU Cipta Kerja,” kata Stanislaus kepada wartawan, Selasa (13/10).

Kemudian, kelompok kedua adalah mereka yang hanya terpengaruh oleh seruan untuk melakukan aksi unjuk rasa, namun kurang paham apa sebenarnya substansi dari aksi yang terjadi. Kelompok kedua ini, kata Stanislaus, cenderung hanya ingin eksis semata.

“Kedua adalah kelompok follower yang ikut-ikutan aksi demi eksistensi, terpicu ajakan, korban propaganda, dan hoaks di media sosial, antara lain adalah pelajar,” terangnya.

Dan, kelompok ketiga ini yang dinilai menjadi biang kerusuhan di tengah situasi pro dan kontra UU Cipta Kerja termasuk saat terjadi aksi unjuk rasa.

“Ketiga adalah penumpang gelap, antara lain kelompok anarko yang melakukan perusakan fasum (fasilitas umum) dan serangan kepada polisi, kelompok politik yang menyuarakan pelengseran presiden, dan kelompok intoleran yang menyuarakan anti etnis tertentu,” pungkasnya.

Perlu diketahui, hari ini ada kelompok yang menamakan diri Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK) NKRI. Mereka berencana menggelar aksi unjuk rasa dengan mengangkat isu menolak UU Cipta Kerja.

Namun, di dalam tuntutan kelompok yang dipimpin oleh Damai Hari Lubis itu, terdapat isu turunan yang akan diangkat, yakni mendesak dicabutnya RUU HIP dan BPIP dan bubarkan lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), dan isu tuntutan ganyang Tiongkok.

Isu-isu ini muncul di banner digital yang tersebar di media sosial. Di dalam kelompok ANAK NKRI, terdapat beberapa ormas yakni Front Pembela Islam (FPI), GNPF Ulama dan Persaudaraan Alumni 212 (212).

Di mana isu yang mereka angkat salah satunya adalah mundurnya Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia yang merupakan Presiden yang sah hasil Pilpres 2019. Jelas dari aksi unjuk rasa ini telah didomplengi dan mengakibatkan kerusahan material dan memperkeruh perdamaian.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *