Suarayogyakarta.com – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menegaskan pemerintah mampu mendeteksi kemungkinan masuknya virus corona ke wilayah Indonesia.
Hal itu ia sampaikan terkait penelitian ahli dari Universitas Harvard yang menyatakan kasus virus corona kemungkinan tak terdeteksi di Indonesia.
“Kita sudah cukup punya teknologi untuk mendeteksi jenis virus baru corona itu,” kata Muhadjir saat ditemui di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Senin (10/2/2020).
Muhadjir mengatakan, banyak hal yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mendeteksi virus corona.
Mulai dari penggunaan thermal scanner hingga kinerja dari Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan.
“Insya Allah-insya Allah yang penting jangan sampai kita berdoa mudah-mudahan jangan sampai masuk Indonesia lah,” ungkapnya.
Meski siap dan bisa mendeteksi, Muhadjir juga mengingatkan agar semua pihak terus waspada.
“Tapi untuk antisipasi itu sudah cukup kita kemudian juga yang penting harus lebih memperbanyak telinga, memperbanyak mata karena ada proses-proses yang di luar dari pemerintah,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, jumlah kasus virus corona Wuhan yang dilaporkan di Indonesia dan Thailand jauh dari perkiraan ilmuwan.
Karena jarak Indonesia dan Thailand dekat dengan Wuhan, China, peneliti memprediksi sebenarnya ada lebih banyak kasus infeksi virus corona.
Hal ini pula yang membuat para ahli khawatir bahwa penyebaran virus corona Wuhan atau novel coronavirus tidak terdeteksi.
Jika hal tersebut benar adanya, maka ada potensi epidemi lebih besar dari yang saat ini terjadi. Untuk diketahui, data per hari ini mencatat 910 orang meninggal dan 40.553 orang positif terinfeksi secara global.
“Indonesia melaporkan nol kasus, tapi mungkin sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tak terdeteksi,” ujar ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard TH Chan School of Public Health, penulis pendamping dari studi terbaru yang di-posting di medRxiv.
“Sementara Thailand melaporkan 25 kasus, saya pikir sebenarnya lebih banyak dari itu,” imbuhnya seperti dilansir VOA News, Jumat (7/2/2020).
Menurut Lipsitch, sistem kesehatan di Indonesia dan Thailand mungkin tidak dapat mendeteksi virus corona Wuhan. Hal ini dirasanya dapat menciptakan masalah di seluruh dunia.
“Kasus yang tidak terdeteksi di negara mana pun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara tersebut,” kata Lipsitch.
Terkait hal itu, Kepala Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siswanto mengatakan, penelitian yang dilakukan ahli Harvard itu hanya berdasarkan kalkulasi matematis dan belum bisa dipastikan kebenarannya.
“Penelitian Harvard itu model matematik untuk memprediksi dinamika penyebaran novel corona virus berdasarkan seberapa besar orang lalu lalang,” kata Siswanto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/2/2020).
Siswanto menyebut, berdasarkan hitungan matematis tersebut, harusnya terdapat 6-7 kasus positif virus Corona di Indonesia.
Namun Siswanto menegaskan sampai hari ini, belum ada satu kasus yang dinyatakan positif corona berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium Litbang Kemenkes.
Dari 62 kasus, Kemenkes sudah melakukan uji laboratorium terhadap 59 kasus. Tak satupun dari spesimen tersebut yang positif corona.
Adapun 3 spesimen lainnya saat ini masih diteliti.
“Kalau diprediksi harusnya ada 6 kasus, ternyata sampai hari ini tidak ada, ya harusnya justru kita bersyukur. Kita sudah teliti dengan benar. Itu (penelitian ahli Harvard) hanya prediksi saja,” kata dia.