Sektor pertanian mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih dalam situasi pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap pelambatan pada semua aspek ekonomi. Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan yang sangat jelas bahwa aktivitas pertanian tidak boleh berhenti. Kementerian Pertanian diminta mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) pertanian untuk menggenjot produksi dan produktivitas bahkan ekspor.
Di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), ekspor produk pertanian justru menunjukkan kinerja yang terus membaik dan tercatat mengalami surplus.
Tahun 2019, Tiongkok adalah negara tujuan ekspor utama produk pertanian kita. Dari ekspor produk pertanian senilai US$26,31 miliar (Rp372,57 Triliun), sebanyak 15,93% diekspor ke Tiongkok. Negara tujuan ekspor berikutnya adalah India dengan pangsa pasar 11,24%; disusul Amerika 9,03%, Malaysia 5,05%, dan Pakistan 4,73%,” ujarnya.
Sepanjang 2019, menurutnya, Indonesia justru mengalami surplus perdagangan dengan Tiongkok. “Nilai ekspor produk pertanian Indonesia ke Tiongkok selama 2019 sekitar Rp55,07 triliun dan nilai impor Rp28,68 triliun. Sehingga ada surplus Rp26,39 triliun. Pada 2020 (selama Januari-Maret) Indonesia juga mengalami surplus perdagangan dengan Tiongkok sekitar Rp2,41 triliun,” jelasnya.
Ketut mengakui Indonesia masih mengimpor beberapa produk pertanian hortikultura, sayuran, dan buah-buahan. “Pada 2019, impor produk hortikultura untuk kelompok sayuran terutama bawang putih yang mencapai US$547,01 juta, atau Rp7,75 triliun, disusul kentang, kebanyakan dalam bentuk kentang olahan sekitar US$124,89 juta atau setara Rp1,77 triliun, dan bawang Bombay US$74,55 juta setara Rp1,06 triliun. Sementara impor untuk jenis sayuran bunga kol, brokoli, dan kubis hanya US$7,84 juta (Rp110,96 miliar),” jelas Ketut.
Untuk produk buah-buahan, nilai impor selama 2019, menurut Ketut, sebesar US$1,23 miliar (Rp17,38 triliun). “Impor produk buah-buahan terbanyak adalah anggur US$ 385,16 juta, setara Rp5,45 triliun, disusul apel sebesar US$ 344,01 juta setara Rp4,87 triliun, jeruk US$ 259,09 juta setara Rp3,67 triliun, dan pir US$ 236,35 juta atau setara Rp3,35 triliun,” ungkapnya.
Namun demikian Kementan yang dinahkodai oleh Mentan SYL, ke depan, menurutnya, terus bekerja keras berupaya untuk meningkatkan ekspor produk pertanian.
“Ekspor akan terus ditingkatkan dan ada saat yang sama juga mengurangi impor melalui peningkatan produksi dalam negeri. Agar melalui surplus perdagangan produk pertanian yang semakin meningkat diharapkan peran sektor pertanian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional semakin nyata,” pungkasnya.
Sumber : https://mediaindonesia.com