Suarayogyakarta – Disadur dari dawuh beliau, KH. Anwar Manshur Lirboyo, setidaknya ada tiga kunci sukses agar seseorang bisa “hasil” dalam belajar. Maksud dari “hasil” adalah proses kegiatan belajar tersebut menghasilkan keberkahan, keridhaan, dan murid akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Tiga komponen ini harus seimbang, artinya tidak boleh ada yang berat atau condong sebelah. Apabila ada yang berat sebelah, maka proses belajar akan jadi kurang maksimal. Apa saja 3 komponen itu? Berikut penjelasannya:
Komponen pertama adalah kesungguhan murid atau niat dari murid. Ketika seorang murid sedari awal sudah tidak memiliki kesungguhan untuk belajar, maka jangan harap proses belajarnya akan hasil.
Artinya, niat merupakan langkah yang paling menentukan ke depannya. Kalau niat awalnya sudah salah, maka hasilnya pun juga akan demikian. Begitu juga sebaliknya, apabila niatnya benar dan ia patenkan pula dengan kesungguhan, maka hasilnya pun juga akan sepadan dengan apa yang diniatkan dan diusahakan di awal.
Itu yang pertama, niat di awal dan kesungguhan dalam belajar.
Komponen kedua adalah kesungguhan guru dalam mengajar. Meskipun muridnya bersungguh-sungguh, tetapi kalau gurunya malas dan tidak serius atau (dalam istilah Jawa = mempeng) dalam mengajar, maka hasilnya pun juga sama saja.
Agar ilmu dapat mengalir dengan maksimal, maka diperlukan keseimbangan dari keduanya, yaitu keseriusan murid dalam menimba ilmu dan kesungguhan guru dalam mengajarkan ilmu.
Apabila dua komponen tersebut tidak seimbang, maka proses kegiatan belajar mengajar tidak akan maksimal.
Baca Juga
Itu yang kedua, kesungguhan guru dalam mengajar
Sedangkan komponen yang ketiga ini yang paling penting, yaitu tirakat dari orang tuanya sendiri, kesungguhan orang tua dalam menunjang pendidikan anak, mulai dari memberinya makanan yang halal, membiayai semua kebutuhan pendidikannya, dan berdoa memohon kepada Allah Swt.
Kapasitas tirakat inilah yang harus dilakukan oleh orang tua, khususnya ketika anaknya sedang berjuang menimba ilmu baik di sekolah formal maupun di lembaga pondok pesantren. Mulai dari menjaganya dari makanan-makanan haram, memberinya kasih sayang, mendidiknya dengan baik, dan memberinya air mata (menangis memohon kepada Allah untuk kebaikan anaknya).
Kesimpulannya, ketiga komponen ini merupakan fondasi utama agar proses belajar mengajar bisa “hasil” dan menghasilkan manfaat yang maksimal. Dalam beberapa kasus, ada murid yang bersungguh-sungguh dalam belajar, tetapi hasilnya kurang maksimal. Mungkin saja penyebabnya dari gurunya yang tidak sungguh-sungguh dalam mengajar atau dari orang tuanya yang kurang mendukung belajarnya.
Ada juga murid yang sudah bersungguh-sungguh dan orang tuanya pun mendukungnya dengan penuh, tetapi berhubung gurunya malas dan tidak profesional, maka kegiatan belajarnya jadi kurang maksimal.
Ada juga guru yang lillahi ta’ala bersungguh-sungguh, orang tua muridnya pun juga bersungguh-sungguh, tapi tidak “hasil” karena muridnya sendiri ternyata pemalas dan tidak bersungguh-sungguh. Wallahu A’lam, semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat.