Pesan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menerima Ketua Oposisi serta Ketua Senat dan Ketua Parlemen Australia adalah komitmen kuat kedua negara untuk terus meningkatkan hubungan dan kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Australia.
“Dari Australia mereka melihat Indonesia tidak hanya saja sebagai tetangga, tetapi Indonesia dinilai sebagai pemimpin dari kawasan dan dapat menjadi mitra yang baik bagi Australia untuk banyak isu,” ujar Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, saat memberikan keterangan pers kepada wartawan Hyatt Hotel Canberra – A Park Hyatt Hotel, di Canberra, Senin (10/2).
Kedua, lanjut Menlu, dengan plan of action untuk implementasi strategic comprehensive partnership berarti untuk 5 tahun ke depan hal-hal yang harus dikerjakan dan difokuskan sudah ada semua di dalam dokumen sehingga memudahkan untuk bergerak ke depan.Tentunya, sambung Menlu, ratifikasi IA-CEPA juga memberikan makna yang sangat besar dari kunjungan dan salah satu follow up dari IA-CEPA adalah pembentukan energi forum antara kedua negara dan memastikan IA-CEPA bermanfaat bagi kedua bangsa dan rakyat kedua negara.
“Kita sudah mendesain 100 pertama yang dapat kita lakukan bersama antara lain tadi kebetulan saya juga bicara dengan Menteri Perdagangan Australia akan ada kunjungan delegasi bisnis Australia ke Indonesia yang akan dipimpin langsung oleh Menteri Perdagangan Australia,” sambung Menlu.
Kunjungan beberapa major investor, menurut Menlu, akan ke Indonesia dan fasilitasi atau kemungkinan kerja sama yang terfokus kepada infrastruktur, belum lagi mengenai masalah working holiday visa, serta masalah pendidikan.
Dengan IA-CEPA, sambung Menlu, diharapkan Indonesia akan dapat masuk di dalam global value changes yang bersama dengan Australia karena penting bagi Indonesia untuk terus memacukan perdagangan, investasi, pariwisata, dan lain-lain.Dalam pembicaraan selama pertemuan yang dilakukan, Pemerintah RI menyampaikan kepada Australia untuk dapat meninjau ulang kebijakan mengenai visa yang ada sekarang ini.
“Kita melihat bahwa kebijakan visa masih dari segi proses masih terlalu lama, dan sebagainya. Dan tadi disampaikan oleh Perdana Menteri bahwa Australia akan mempertimbangkan kembali kebijakan visa untuk Indonesia,” ujar Menlu.Hal yang lain, menurut Menlu adalah Australia melihat masa-masa mendatang karena Presiden saat statement di joint session secara jelas menggambarkan bagaimana Indonesia memandang hubungan RI-Australia tidak hanya pada 70 tahun ke belakang tetapi mendesain 30 tahun ke depan pada saat memasuki kemitraan 100 tahun.
“Tentunya kita mempunyai modal yang besar dalam artinya dari segi value democracy dari value toleransi, pluralism kita semua ada, kita punya modal anak-anak muda Indonesia dan Australia kemudian kita juga sudah punya desain-desain seperti kerja sama Indo-Pasific,” tambahnya.Di akhir wawancara, Menlu mengatakan Pemerintah RI ingin menjadikan Australia sebagai salah satu mitra penting bagi Indonesia dan hal yang sama atau komitmen yang sama juga secara jelas berkali-kali disampaikan oleh Australia.
“Tidak hanya dari Perdana Menteri tapi dari Gubernur Jenderal dari Ketua Oposisi dari semua pihak yang ditemui oleh Presiden selama 2 hari ini,” pungkasnya.