BANTUL – Aliansi Bela Garuda menggagas kegiatan ‘Silaturahmi Budaya, Yogya Rumah Kita’. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan perdamaian dalam keberagaman dan sebagai wadah mempertemukan berbagai suku dan etnis yang ada di Yogya.
Perwakilan Aliansi Bela Garuda Muhammad Shodiq Sudarti menyampaikan, isu rasisme kerap kali muncul di Yogyakarta, terutama isu rasisme kepada masyarakat Papua. Mahasiswa Papua pun beberapa kali turun ke jalan untuk mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kondisi yang terjadi.
“Muncul pertanyaan besar, apakah ada problem rasisme di Kota Pelajar ini. Kita tidak boleh diam, melalui beberapa forum diskusi terungkap bahwa rasisme di Yogya tidak bersifat kuktural. Rasisme hadir sebagai warisan dari budaya kolonial yang bersifat struktural,” ujar Shodiq dalam kegiatan yang digelar di Ponpes Budaya Kali Opak di Srimulyo Piyungan Bantul, Kamis (23/07/2020) malam.
Untuk mengikis habis rasisme kepada warga Papua menurut Shodiq diperlukan suatu ruang dialog yang terbuka dan berbaur dengan masyarakat. Ide ini mendapat respon positif dari perwakilan mahasiswa daerah yang ada di Yogya diantaranya dari Ciamis, Mandar, Yogya, Jateng dan Papua.
“Akhirnya tercetuslah kegiatan silaturahmi ini untuk menyuarakan perdamaian, keberagamam, keadilan, kesetaraan dan anti rasisme. Kegiatan ini tidak bisa diikuti terlalu banyak orang karena terkendala protokol kesehatan yang harus dipatuhi akibat pandemi Covid-19,” ungkap Shodiq.
Menurut Shodiq kegiatan ini sebagai gerbang untuk menyuarakan semangat perdamaian, keberagaman, keadilan dan anti rasisme. Karena diskusi dan permasalahan rasisme tidak bisa selesai dalam satu atau dua forum diskusi.
Mahasiswa UNY asal Asmat Papua, Basilius Mindipko menjelaskan melalui silaturahmi ini harapannya masyarakat bisa saling memahami satu sama lain sehingga bisa mengatasi permasalahan rasisme di Yogya. Kegiatan ini tidak sekedar pertunjukan, tapi ada semangat solidaritas dan kegotongroyongan yang melandasinya. Agar bisa saling mengenal lebih dalam budaya masing-masing.
“Harapannya masyarakat bisa saling menghargai setiap perbedaan, keberagaman haruslah dipandang sebagai keindahan. Dengan interaksi bersama warga, harapannya bisa saling terbuka dan memahami tentang keberagaman budaya di Indonesia. Kita semua satu, kita semua Indonesia. Di sini kita lahir, di sini rumah kita, Yogya rumah kita,” tutur Basilus.