JAKARTA – Banyak pihak mengatakan, Bangsa Indonesia tidak akan sanggup melewati krisis kemanusiaan serta tidak cakap dan terbuka mengurai persoalan.
Rakyat Indonesia pun jumlahnya terlalu banyak, untuk diperhatikan. Sementara fasilitas dan tenaga kesehatan yang tersedia rasionya tidak seimbang dengan jumlah populasi. Imbasnya, ekonomi Indonesia diprediksi tidak hanya terjerembab, tetapi terjun bebas ke jurang kehancuran.
Suara-suara sumbang itu diungkapkan Sandiaga Uno layak untuk didengarkan. Namun, bukan untuk pasrah atau malah bersiteru dengan sesama, tetapi agar bangsa Indonesia terus memperbaiki diri.
Sebab menurutnya saat kebersamaan adalah momen bagi bangsa Indonesia untuk menggali potensi diri. Kekuatan yang telah jadi tradisi dan diwariskan para pendahulu sejak dahulu kala.
“Indonesia, bangsa kita, mungkin banyak kekurangannya. Indonesia, negara kita, tidaklah sempurna. Itu sebabnya negara tidak pernah sendiri menghadapi persoalan, rakyat selalu ambil bagian tanpa dikerahkan,” ungkap Sandi dalam podcastnya pada Selasa (5/5/2020).
“Tanah air kita, tiada henti mengalirkan kebajikan. Solidaritas seperti mata air yang tidak pernah kering. Peduli pada sesama menjadi bahasa segala anak bangsa,” tambahnya.
Budaya luhur gotong royong katanya tidak mengenal musim. Kebersamaan diungkapkan Sandi bahkan tumbuh di masa paceklik serta mekar di musim penghujan. Bangsa Indonesia pun sudah melewati berbagai macam ujian sejak berdiri.
“Setiap kali ibu pertiwi terluka, ribuan relawan dilahirkan oleh zamannya. Mereka, tanpa peduli latar belakang, selalu hadir menjawab tantangan,” ungkap Sandi.
“Mereka adalah para pemberani, mengejar risiko seringkali tanpa dikomando. Mereka adalah para pejuang, senantiasa memberi tanpa pernah mengukur diri. Terus bekerja tanpa memikirkan tanda jasa,” tambahnya.
Disatukan oleh Hati
Dalam perjalanan hidupnya, Sandi mengaku telah bertemu dengan begitu banyak relawan. Mereka berasal dari beragam latar belakang, mulai dari dunia usaha, politik, kemanusiaan bahkan dari komunitas. Semuanya disatukan oleh semangat berkontribusi untuk negeri. Keteladanan mereka pun menginspirasi, bukan hanya menggerakkan bangsa menjadi lebih baik, tetapi juga melahirkan ribuan relawan baru.
“Tidak heran di masa pandemi ini, ribuan relawan kembali hadir dengan semangat yang sama tetapi wajah berbeda. Adalah kehormatan bagi saya bisa bahu membahu dengan mereka,” ungkap Sandi.
Sehingga menurut perbedaan yang semula tercipta karena berbagai kepentingan, mulai dari politik hingga ekonomi katanya harus dikesampingkan. Sebab, perjalanan dalam melawan virus corona diyakininya masih panjang.
Bukan hanya semata menurunkan tren dan kurva penyebaran virus corona, tetapi juga mengembalikan sekaligus menumbuhkan ekonomi bangsa yang kini tengah terpuruk.
“Saudara-saudaraku para relawan. Perjuangan kita masih panjang. Tidak saja untuk lepas dari wabah, tetapi melepaskan masyarakat dari kesulitan yang membelit,” ungkap Sandi.
Pengorbanan Bersama
Menekan risiko penularan corona sambil menjaga harapan rakyat akan masa depan mereka katanya membutuhkan tenaga ekstra menghadapi situasi luar biasa. Butuh pengorbanan lebih agar bangsa ini tidak berjalan tertatih-tatih. Sebagian besar relawan tidak berjuang di front terdepan, tetapi kerja sukarela mereka akan menggugah kesadaran.
“Sahabat-sahabatku relawan sekalian. Teruslah bekerja tanpa pamrih. Itulah energi sejati yang selalu menyelamatkan bangsa dalam situasi sulit,” ungkap Sandi.
“Jaga diri sambil terus memberi. Jadikan kedermawanan sosial ini sebagai modal besar menyongsong masa depan,” tambahnya.
“Tidak ada kesuksesan yang lebih besar dari pada pengorbanan untuk kemanusiaan. Inilah jalan kemuliaan, mengingatkan kita pada tujuan penciptaan” papar Sandi.
Menutup podcastnya, Sandi mengungkapkan keyakinannya akan masa depan bangsa Indonesia di akhir masa pandemi virus corona.
Menurutnya, selama masih ada kebersamaan dan rasa solidaritas, bangsa Indonesia akan bertahan dan tumbuh di masa depan.
“Banyak kajian tentang masa depan Indonesia pasca pandemi, tetapi saya hanya punya satu keyakinan,” ungkap Sandi.
“Selama tangan-tangan relawan tiada lelah mengulurkan harapan, maka akan selalu ada kesempatan kedua untuk Indonesia tercinta,” tutupnya.