Categories Nasional

Presiden Tinjau Lokasi Pengembangan Lumbung Pangan

PRESIDEN Joko Widodo mengunjungi Desa Bentuk Jaya, Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng), daerah yang diharapkan menjadi lumbung pangan utama di luar Jawa, Kamis (9/7).

Lahan seluas 20.704 hektare (ha) telah disiapkan untuk mendukung pengembangan lumbung pangan anyar tersebut

Dari jumlah tersebut, saat ini, lahan yang telah fungsional mencapai 5.840 ha.

Secara keseluruhan, terdapat kurang lebih 165.000 ha lahan potensial di Kalteng yang bisa dimanfaatkan sebagai kawasan lumbung pangan nasional.

Diharapkan, pengembangan kawasan itu akan memberi manfaat besar bagi korporasi petani di daerah sekitar. Mereka akan mengelola industri pertanian, perkebunan dan peternakan yang terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono menyatakan, kunci dari program pengembangan lumbung pangan nasional di Kalteng adalah penyediaan air untuk irigasi sawah, terutama pada lahan potensial seluas 165.000 hektare (ha) yang merupakan kawasan aluvial, bukan gambut, pada lahan Eks-Pengembangan Lahan Gambut (PLG).

“Kuncinya ada pada ketersediaan air untuk irigasi. Kemudian diikuti dengan teknologi pertaniannya. Untuk itu Kementerian PUPR fokus pada lahan yang sudah ada jaringan irigasi. Kita lihat jaringan irigasi sudah intensif di masing-masing blok sawah, namun ada yang tidak terpelihara sehingga itu yang akan diperbaiki dan perlu dilakukan pembersihan saja, tanpa perlu dilakukan cetak sawah kembali dan tidak akan menyentuh lahan gambut dan hutan,” ujar Basuki yang juga turut serta dalam kunjungan tersebut.

Dengan merevitalisasi area sawah yang sudah ada, lanjut dia, biaya yang dibutuhkan akan jauh lebih murah dibandingkan dengan mencetak sawah baru.

Ia memperkirakan, untuk membuka 1 ha sawah baru, rata-rata biaya yang dibutuhkan adalah Rp30 juta. Kalau merehabilitasi sawah yang sudah ada, untuk luas lahan 1 ha hanya butuh biaya sekitar Rp9 juta.

Basuki mengungkapkan Kalteng dipilih sebagai kawasan pusat pengembangan tanaman pangan di luar Jawa karena memiliki jaringan irigasi, petani, hingga sistem pendukung produksi pertanian yang baik.

“Sebelumnya ada beberapa alternatif seperti di Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Merauke. Tapi kita putuskan di Kalteng,” pungkasnya

Sumber: https://mediaindonesia.com

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *