SUDAH tiga bulan, Kabupaten Lembata, NTT menerapkan kebijakan social distancing maupun phsysical distancing. Sejumlah pasar tradisional yang menjadi pusat perekonomian rakyat kini sepi pembeli. Warga mulai terlilit utang. Bupati Lembata, Eliazer Yentji Sunur pun ikut gelisah. Apalagi setelah pemerintah pusat menarik dana transfer daerah hampir Rp100 miliar. Namun Bupati Sunur tetap optimistis perekonomian rakyat tetap bisa menggeliat. Ia tetap mengizinkan pasar tradisional dibuka untuk menghidupkan perekonomian rakyat.
Selain membuka pasar, bupati juga mengingatkan pemerintah desa untuk memastikan seluruh warga mendapat bantuan langsung tunai (BLT). Demikian juga untuk warga perkotaan, dipastikan mendapatkan BLT. Ia juga mengharapkan pemerintah pusat tidak memberikan banyak syarat yang memberatkan bagi penerima BLT.
Sekarang ini petani tidak bisa menjual sayur. Peternak ayam tidak bisa menjual ayam. Bagaimana mereka bisa menghidupi keluarga, apalagi ada yang harus sekolah. Maka tidak bisa tidak, aktivitas ekonomi harus kita buka. Tetapi syaratnya tolong bantu saya awasi pergerakan orangan masuk. Segera laporkan Satgas Covid-19 Kabupaten untuk diambil tindakan. Panyekatan selama 14 hari clear dari orang luar,” ujar Bupati Sunur, Kamis (30/4).
Strategi penyekatan, clustering serta karantina pun dilaksanakan meski dalam kondisi serba terbatas. Pemkab memulangkan kapal yang diketahui membawa penumpang masuk Lembata ke daerah asal. Termasuk disiplin menjaga jarak. Saat ini ada 7 orang dalam pengawasan dan pasien dalam pengawasan yang dikarantina di Puskesmas Loweleba maupun ruang isolasi RSUD Lewoleba. Tujuh pasien ini masih menunggu hasil swab.
Saat ini kita mulai pada tahap pemulihan. Karena orang yang mau datang sudah stagnan. Adapun satu dua yang datang di jalur tikus itu kita pantau dan kita sudah klastering. Jadi sudah tidak perlu lagi ada kekahawatiran,” ujarnya saat meninjau Pasar Balauring.
Sumber : https://mediaindonesia.com