Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, memastikan ketersediaan kebutuhan bahan pangan pokok aman selama bulan ramadhan.
Hal ini disampaikan Mentan, dalam rapat koordinasi bersama beberapa kementerian dan kepala-kepala daerah, terkait langkah antisipasi dan kebutuhan daerah, bidang industri, perdagangan, dan pangan, dalam pencegahan penyebaran dan percepatan penanganan covid-19, Selasa (7/4/2020).
Dalam rapat yang berlangsung melalui video teleconference, tersebut, Mentan, Syahrul, memaparkan data-data terkait jumlah ketersediaan bahan pangan pokok nasional, dalam hitungan per- 3 bulan, hingga akhir tahun nanti.
Setidaknya ada 11 komoditas inti yang dijaga ketersediaannya oleh Kementerian Pertanian. Beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi juga kerbau, daging ayam, telur ayam, gula pasir dan minyak goreng.
Salah satu komoditi pokok, beras, misalnya, dari perkiraan kebutuhan sekitar 7.492.056 ton, sementara ketersediaan yang dimiliki ada di angka 15.741.809.
Itu sudah merupakan jumlah setelah diakumulasi antara stok perkiraan di akhir Mei, dengan perkiraan produksi.
“Insya Allah, stok (bahan pangan) kita masih aman. Ini penting untuk kami sampaikan kepada bapak ibu kepala daerah,” ujar Syahrul yang pernah menjabat Gubernur Sulawesi Selatan dua periode, ini.
Hanya saja, menurut Syahrul, berkaitan dengan kondisi menghadapi Covid-19, akan sangat mungkin terjadi keadaan berbeda.
Namun baginya, yang cukup penting, adalah peran kepala-kepala daerah, dalam mengendalikan situasi di daerah masing-masing, untuk mencegah kekhawatiran berlebihan dalam menghadapi Covid-19.
“Peran penting kita semua, bapak-ibu kepala daerah, untuk mengendalikan situasi di masyarakat. Kekhawatiran berlebihan lah yang mengakibatkan panic buying. Nah itu yang perlu kita sama-sama kendalikan.
Ia juga menjelaskan, untuk menjaga stok pangan dalam menghadapi ramadhan dan di tengah keadaan saat ini, di beberapa daerah dapat dilakukan dengan metode gotong royong.
Maksudnya adalah ketersediaan di daerah tertentu, dapat di alihkan ke daerah lain, jika keadaan daerah tersebut sedang benar-benar terdesak ketersediaannya.
“Karena stok di berbagai daerah juga mungkin ada yang berlebih di satu (atau beberapa) komoditi, bisa kita silang nanti. Misalnya yang stok di Maluku, bisa saja didrop untuk menutupi kekurangan di Papua, dan lain-lain.