Nilai tukar rupiah menguat lebih dari 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.680/US$ di pekan ini, dan berada di level terkuat sejak 13 Maret. Perdagangan di pekan ini terbilang pendek, hanya tiga kali, Senin-Rabu, dan rupiah mampu menyapu bersih semua perdagangan.
Rupiah sebenarnya sudah dalam tren menguat sejak awal April, total penguatan yang dibukukan nyaris 10% hingga perdagangan Rabu (20/5/2020) lalu.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR rupiah berhasil menembus di bawah Fibonnaci Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Jika mampu bertahan di bawah Fib. Retracement 61,8% tersebut, rupiah berpeluang menguat lebih jauh ke Rp 15.510/US$ pada pekan depan.
Sementara itu melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, risiko koreksi rupiah cukup besar jika kembali bergerak dan tertahan di atas Fib. Retracement 61,8%.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Jika kembali ke atas Rp 14.730/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.900 hingga 15.000/US$.
Resisten (tahanan atas) yang kuat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut 2 kali sukses menahan pelemahan rupiah.
Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.