Categories Budaya

Mencegah Radikalisme dari Akar Rumput

Ilustrasi di atas dari AS Laksana dalam bukunya, Menghidupkan Gus Dur, sangat tepat menggambarkan kondisi masyarakat akar rumput yang kerap luput dari perhatian pemerintah dan kebanyakan kelompok atau organisasi moderat di Indonesia. Kelompok minoritas seperti kelompok radikalisme menyadari akan hal ini. Dan mereka berpikir bahwa dengan memberikan kenyamanan kepada masyarakat, khususnya di daerah akar rumput, rasa empati dari masyarakat akan tumbuh dan paham radikalisme akan mudah disebarkan.

Mengapa masyarakat akar rumput? Selain kurang mendapat perhatian, ada dua alasan lagi mengapa masyarakat akar rumput dijadikan sasaran empuk oleh kelompok radikalisme. Pertama, kedangkalan ilmu yang membuat pola pikir mereka kurang kritis, sehingga legowo menerima masukan atau ajaran dari pihak mana pun. Kedua, kondisi ekonomi yang lemah, sehingga membuat mereka sangat mudah mendukung siapa pun yang memberikan bantuan.

Dua alasan di atas, membuka peluang bagi kelompok radikalisme untuk melancarkan misinya melalui pendekatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat akar rumput. Misalnya, bantuan sosial. Dengan memberikan bantuan sosial, selain dapat mensejahterakan masyarakat akar rumput, juga menarik rasa empati mereka. Bantuan tersebut juga akan membuat masyarakat berpikir bahwa ajaran Islam yang sebenarnya adalah ajaran yang memperhatikan dan membantu kondisi saudara seimannya.

Bila empati masyarakat telah didapat dan pemahaman ajaran Islam disimpulkan demikian, maka memasukkan ajaran radikalisme akan sangat mudah dilakukan oleh kelompok radikalisme. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Pemerintah, kelompok dan organisasi moderat harus lebih jeli membaca dan memperhatikan kondisi ini, lalu melakukan pencegahan.


Kolaborasi sebagai Alternatif

Pemerintah, sebagai institusi pusat pemerintahan, memiliki peran penting dalam mencegah penyebaran paham radikalisme. Sejauh ini, pemerintah telah berupaya mencegah penyebaran paham radikalisme melalui program “Moderasi Beragama”. Pemerintah menjadikan moderasi beragama ini sebagai salah satu program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Dari program ini, pemerintah berharap bisa menciptakan kondisi masyarakat yang saling menghargai antar satu ajaran dengan ajaran lain, dapat mengkrompomikan ajaran Islam dengan adat budaya dan perubahan zaman, tidak fanatik berlebihan terhadap satu ajaran yang memicu adanya paham dan gerakan radikalisme.

Selama ini, program ini dijalankan dengan cara mengadakan sosialisasi dari satu tempat ke tempat yang lain, baik dengan model seminar, maupun diskusi. Pemerintah juga membagikan materi moderasi beragama melalui media sosial, agar mudah diakses oleh banyak orang. Cara ini dapat dikatakan tidak efektif dan efesien.

Pasalnya, pengaruh dan dampaknya tidak diketahui secara pasti. Pemerintah hanya sekedar membagikan materi saja tanpa memastikan seberapa pengaruh program ini terhadap masyarakat. Untuk itu, pemerintah harus melakukan cara yang lebih konkrit, cara yang sesuai dengan kondisi masyarakat, untuk memastikan program tersebut diterima dan berpengaruh bagi masyarakat.

Agar upaya pencegahan radikalisme melalui program moderasi beragama ini bisa sampai, diterima dan mempengaruhi masyarakat, sebaiknya pemerintah bekerkolaborasi dengan kelompok atau organisasi moderat yang memiliki struktur kepengurusan hingga ke masyarakat akar rumput. Seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dll.

Bila kolaborasi ini dilakukan, pemerintah bisa bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan biaya dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan misi moderasi beragama. Sedangkan kelompok atau organisasi moderat yang menjadi mitra kerja sama, bertindak sebagai eksekutor.
Kesejahteraan Sebelum Penyampaian Ajaran

Yang tidak kalah penting dari program yang baik adalah cara pelaksanaannya yang baik. Program dapat berjalan dengan baik, efektif, efisien, dan berdampak, bila cara pelaksanannya baik. Dan cara yang baik, ditentukan oleh subyek atau pelaksananya.

Demikian juga, program moderasi beragama yang diagungkan oleh pemerintah, akan berjalan baik apabila dilaksanakan oleh orang tepat, orang yang memahami seluk-beluk kondisi masyarakat yang menjadi objek dari program ini.

Maka sangat tepat, jika pemerintah berkolaborasi dengan organisasi yang memiliki struktur kepengurusan hingga daerah akar rumput untuk menjangkau dan mencegah radikalisme. Sehingga pencegahan radikalisme melalui program tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan kultur dan kebutuhan masyarakat.

Sebagaiamana yang telah disinggung di atas, bahwa peyebab utama paham radikalisme sangat mudah masuk di daerah akar rumput adalah pola pikir yang kurang kritis dan kondisi ekonomi yang lemah. Maka ada dua cara yang harus dilakukan.

Pertama-tama, terlebih dahulu pemerintah dan organisasi yang menjadi mitranya memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat. Hal ini untuk menjamin kesejahteraan mereka. Kondisi ekonomi yang sejahtera akan membuat masyarakat mudah menerima setiap apa pun yang bersifat masukan atau ajaran.

Sejauh ini, organisasi-organisasi moderat seperti NU dan Muhammadiyah telah mengadakan acara bantuan sosial terhadap masyarakat. Bantuan tersebut bersifat konsumtif atau sekali pakai. Seperti sembako, uang tunai, pakaian, dll. Namun bantuan ini tidak cukup menyejahterakan ekonomi masyarakat.

Keterbatasan dana, baik yang diperoleh melalui sumbangan maupun iuran, menjadi penyebabnya. Bantuan sosial yang bersifat konsumtif akan berjalan maksimal bila didukung oleh pemerintah. Sehingga bantuan tersebut diberikan tidak hanya dalam agenda tertentu saja, melainkan sewaktu-sewaktu saat kondisi ekonomi masyarakat tidak stabil.

Selain bantuan yang bersifat konsumtif, yang bisa menjamin kesejahteraan masyarakat adalah bantuan yang bersifat produktif. Teknis realisasi bantuan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, menjamin kebutuhan pendidikan, baik pendidikan formal dan non-formal, seperti Taman Pendidikan al-Qur’an dan lainnya.

Dan yang mengetahui kondisi tersebut adalah organisasi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah memasrahkan organisasi yang menjadi mitra kerja sama dalam pengelolaan bantuan ini, agar bantuan tersebut direalisasikan sesuai kondisi dan kebutuhan ekonomi masyarakat .

Setelah menjamin kesejahteraan masyarakat, selanjutnya, mensosialisasikan program moderasi beragama, baik melalui pertemuan-pertemuan antar warga maupun pertemuan antar tenaga pengajar di lembaga pendidikan tertentu, dengan harapan moderasi beragama ini dapat menjadi mata pelajaran tambahan bagi para pelajar.

Moderasi beragama sangat tepat disosialisasikan kepada masyarakat akar rumput, agar mereka tidak salah kaprah dalam memahami agama. Sebab, salah memahami agama dapat menimbulkan sikap fanatisme yang berujung pada gerakan radikalisme. Dengan moderasi beragama, masyarakat tidak mudah terjebak dalam narasi-narasi yang menggiring mereka ke ajaran dan gerakan radikalisme.

Moderasi beragama, sebagaimana yang dikatakan Yusuf al-Qardhawi, ulama moderat asal Mesir, akan membuat orang memiliki pemahaman Islam yang komperehensif, keseimbangan antara ketetapan syariat dan perubahan zaman, dukungan kepada kedamaian dan penghormatan nilai-nilai kemanusiaan, pengakuan akan pluralitas agama, budaya, dan politik, dan pengakuan terhadap hak-hak minoritas.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *