Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Yohanis Fransiskus Lema atau yang akrab dipanggil Ansy Lema meminta mahasiswa menjadi garda terdepan mempertahankan Pancasila dari ancaman radikalisme, sekaligus mewujudkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Hal itu diungkapkan Ansy Lema dalam pernyataan terulis yang diterima wartawan di Jakarta, Kamis (13/2/2020), setelah berdiskusi dengan para mahasiswa Politani Negeri Kupang di Gedung Student Center, Lasiana, Kupang, Rabu (12/2/2020). Ia melakukan sosialisasi empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI).
Pada kesempatan tersebut, politisi asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu mengingatkan bahaya radikalisme dan intoleransi terhadap keutuhan negara. Radikalisme, kata dia, tidak hanya menyasar masyarakat bawah tetapi juga telah bersarang di kalangan masyarakat terpelajar, termasuk dunia kampus.
“Radikalisme kini telah menyerang kaum terpelajar, termasuk dunia kampus. Survei Setara Institute tahun 2019 menemukan banyak dosen-mahasiswa 10 perguruan tinggi negeri terkemuka terpapar radikalisme. Survei UIN Jakarta menyebut 33% guru setuju diadakan perang untuk pendirian negara Islam. Bahkan, survei mencatat radikalisme dan penolakan kepada Pancasila beredar di kalangan PNS dan TNI, yakni 19,4% PNS (2017), dan 3% TNI (2019),” papar anggota Komisi IV DPR RI tersebut.
Karena itu, mantan dosen ini mengajak para mahasiswa untuk menjaga Pancasila dari ancaman, sekaligus mewujudkan Pancasila dalam hidup sehari-hari. Apalagi, penyebaran radikalisme cenderung lebih mudah menyasar para pemuda dan para pelajar.
Sehubungan dengan itu, Ansy mengapresiasi langkah pemerintah yang memutuskan untuk tidak memulangkan 600 pengikut ISIS ke Indonesia. Mereka adalah ancaman bagi keutuhan NKRI. Dalam hal ini, pemerintah harus memberikan rasa aman bagi 264 juta penduduk Indonesia. Berbagai virus radikalisme dan intoleransi yang mengganggu dasar negara Pancasila harus diberantas.