APLIKASI inovatif yang dikembangkan Polda Riau, yakni Dashboard Lancang Kuning Nusantara, secara resmi diluncurkan sebagai program rujukan nasional untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Peluncuran aplikasi yang kini telah diunduh 100 ribu lebih pengguna Android itu dilakukan Kapolri Jenderal Idham Azis, kemarin, bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong, dan Gubernur Riau Syamsuar.
Peluncuran juga disaksikan 11 kapolda yang wilayahnya rawan karhutla. Adapun 11 polda tersebut ialah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kaliman-tan Barat, dan Kalimantan Utara.
“Saya sangat mengapresiasi aplikasi Lancang Kuning Nusantara sebagai terobosan baru yang digagas Kapolda Riau. Saya berharap aplikasi tersebut terus disempurnakan dengan melibatkan semua unsur hingga akademisi dan masyarakat,” kata Kapolri Jenderal Idham Azis saat peluncuran aplikasi tersebut di Gedung Daerah Riau, Jalan Diponegoro Pekanbaru.
Kapolri, bahkan menjanjikan promosi jabatan strate-gis kepada Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi atas inisiatifnya dalam pengembangan teknologi aplikasi Lancang Kuning Nusantara.
Menurutnya, aplikasi berbasis GPS itu mampu menyajikan informasi karhutla secara real time dengan menggabungkan data dari empat satelit sekaligus, yaitu NOAA, Lapan, Terra, dan Aqua.
“Karena itu, kalau ada kebakaran hutan mari kita bersama-sama atasi dengan bantuan aplikasi Lancang Kuning Nusantara.
Dalam kesempatan itu, Kapolri dan Panglima TNI juga sempat berkomunikasi dengan personel yang sedang menangani karhutla di lapangan. Di antaranya di Siak dan Bengkalis (Riau), dan Samosir ( Sumatra Utara).
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, aplikasi Lancang Kuning Nusantara merupakan aplikasi komplet karena memberikan informasi terkait dengan titik panas (hotspot), pendukung arah angin, dan awan yang bisa disemai untuk operasi hujan buatan.
“Ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Aplikasi ini sebagai deteksi dini pengindraan jarak jauh yang lebih real time. Identifikasi titik panas secara langsung dengan menggerakkan personel di lapangan, dan setelah identifikasi dilanjutkan dengan tahap eksekusi dengan satu komando. Oleh sebab itu, perlunya bersinergi.