Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digalakkan pemerintah ternyata tak hanya sebatas upaya pemenuhan gizi belaka.
Namun upaya itu juga telah merasuk lebih dalam ke ranah personal yang bisa menerima manfaat dan bisa memutar roda perekonomian di tingkat hulu.
Di Yogyakarta, program MBG bisa merubah selera makan siswa, hingga mendongkrak pendapatan para pemasok bahan pangan.
MBG mulai menunjukkan dampak multidimensi.
Salah satu penerima manfaat MBG, yakni Safira Najwa Rizkyaqiffah siswsi dari SMAN 1 Bantul mengatakan, jika semula ia merupakan tipe orang yang tidak begitu suka makan sayur.
Akan tetapi, kini justru mulai terbiasa makan sayur dengan adanya MBG itu.
“Awalnya itu tidak doyan, tapi pas dikasih di MBG itu jadi doyan,” ucapnya.
Safira menyatakan, walaupun bekal makan dari rumah kerap kalah pamor dengan jajanan kantin.
Namun, sejak kehadiran MBG yang disalurkan pada jam istirahat pertama (sekitar pukul 09.00 WIB), kebiasaan itu mulai bergeser.
“Dulu itu Ibu pernah kayak nawarin misalnya dimasakin kayak gini (sayuran) bakal mau atau tidak ? Tapi saya itu ngomongnya tidak mau. Pas dikasih di MBG, dikasih sayuran itu, akhirnya saya makan, saya habisin,” ungkap siswa 17 tahun itu.
Menurut Safira, selain bisa mendongkrak minat pada sayuran.
Program MBG itu juga dapat berperan menekan kebiasaan jajan siswa.
Siswa asal Kulonprogo ini mencontohkan, gara-gara ada MBG ini, bekal makanan yang dibawa dari rumah biasanya dimakan saat istirahat pertama, tapi hal itu berubah ketika ada MBG itu.
Sebab bekal makan siang dari rumahnya itu bisa disantap buat istirahat keduanya.
“Jadi buat ngurangin jajan kami juga,” bebernya.
Meski demikian, secara pribadi Safira tetap berharap agar kualitas dan keragaman menu di MBG bisa lebih diperhatikan lagi.
“Mungkin bisa lebih memperhatikan kayak menunya itu biar lebih cocok sama anak-anak,” ujarnya.
Di sisi lain, dampak positif MBG juga terasa hingga ke level pemasok bahan pangan, seperti sayur dan buah.
Seorang pemasok bahan makanan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Margomulyo, Sayegan, Sleman Wibowo Setiyo Nugroho pun juga merasa program ini sangat menguntungkan.
“Untuk perubahan dalam permintaan sayur ya, khususnya di MBG itu sangat bagus,” lontarnya.
Bukan tanpa alasan Wibowo mengatakan hal tersebut.
Sebab menurutnya permintaan sayuran untuk MBG itu biasanya memiliki standar kualitas tinggi. Sehingga membuat petani diuntungkan.
“Di petani kami juga membeli dengan harga tertinggi dengan yang sudah pilihan kualitas terbaik untuk bisa masuk ke dapur MBG,” tegasnya.
Lebih lanjut, Wibowo juga menekankan peran MBG dalam menjaga stabilitas harga, terutama saat terjadi kelebihan pasokan di pasar.
Menurutnya jika misal tidak ada program MBG ini, harga buah dan sayur di pasaran biasanya bisa turun.
Akan tetapi dengan adanya program MBG ini, para petani masih bisa menjaga kestabilan harga dan menjaga kualitas agar bisa dikirim ke dapurnya.
“Sangat membantu dan sangat bagus untuk dilanjutkan ke depan. Karena bisa membantu perekonomian sekitar di rumah saya. Pemerataan pendapatan dari sektor bawah itu terasa sekali ketika ada MBG ini,” tandasnya.
Perluas Jangkauan
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) berkomitmen memperluas jangkauan MBG ke daerah lain.
Program ini dirancang agar siswa di berbagai wilayah mendapat akses makanan sehat yang setara.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan kolaborasi dengan platform digital akan mempercepat distribusi makanan.
Kemkomdigi siap menjadi penghubung agar sinergi ini berdampak nyata bagi masyarakat.
“Kementerian Komdigi siap menjadi penghubung untuk mendorong sinergi antara platform digital dan ekosistem kami, sehingga program ini dapat menyasar daerah-daerah yang membutuhkan,” ujar Meutya.
