Yogyakarta – Umat Kristen diwilayah Provinsi DIY telah menyatakan tolak dukungan terhadap Koalisi Aksi Menyelamatakan Indonesia yang dikenal dengan singkatan KAMI. Pemerintah hari ini tidaklah lepas dari kekurangan ataupun salah tetapi tidak ada penyimpangan haluan bernegara. Di tengah pandemi covid-19 butuh kerja sama berbagai pihak; pemerintah, swasta dan masyarakat. “Amatlah tidak etis gerakan KAMI yang berpotensi memecah belah dan menimbulkan kegaduhan” kata Pdt. Indrianto (Bidang Kerja Sama PGI/Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Jakarta dan Rohaniawan GKJ/Gereja Kristen Jawa Sleman). Berdasarkan diskusi dan pencermatan yang teliti sejak kemunculan KAMI di Jakarta oleh sejumlah tokoh Prof. Dr. H. Din Syamsudin, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Prof. Dr. H. Rocmat Wahab, kalangan gereja menolak bergabung dalam gerakan KAMI. Secara prinsip tuntunan dalam ajaran gereja bahwa pemerintah yang sah, terpilih melalui mekanisme demokrasi harus dihormati dan didukung.
Pemerintah hari ini tidaklah lepas dari kekurangan ataupun salah tetapi tidak ada penyimpangan haluan bernegara. Di tengah pandemi covid-19 butuh kerja sama berbagai pihak; pemerintah, swasta dan masyarakat. Pdt Indiarto sempat menyampaikan “Apalagi sejumlah kasus yang menimpa gereja, oknum dan tokoh yang aktif terlibat dalam struktur KAMI patut diduga ikut bermain”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur KAMI di Yogyakarta pasti tidak akan mendapatkan dukungan kalangan gereja.